Senin, 15 April 2013

Hakikat PKR


HAKIKAT PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

       Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin, 1967). Namun demikian selain definisi tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan membedakan definisi dari multigrade dengan multiage karena perbedaan tujuannya. Seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa istilah   multigrade di mana kelas yang berbentuk seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan tingkatan kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di Indonesia banyak guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan karena tujuan atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiageyang mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.
    Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap yang ada di daerah terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas rangkap yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas pembelajaran di kelas. Bisa saja pembelajaran kelas rangkap yang dulu dilaksanakan masih berbentuk pengelolaan kelas tradisional di mana pengaturan tempat duduk seluruh siswa menghadap ke arah papan tulis di depan kelas, di mana guru dengan mudah dapat mengontrol seluruh siswanya. Namun demikian, seperti diutarakan di atas, karena adanya pergeseran pemikiran sehingga muncul bentuk-bentuk baru pembelajaran kelas rangkap, membuat pengaturan tempat duduk di kelas menyebar. Berikut salah satu contoh pengaturan tempat duduk pada Pembelajaran Kelas Rangkap.
 Lalu bagaimana dengan pengaturan pembelajaran kelas rangkap? Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana para siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun, membuat hubungan antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat. Mereka mempunyai rasa percaya, rasa aman, dan enak satu dengan yang lain, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman. Hal tersebut wajar, karena model pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada dalam satu kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak mengenal istilah naik kelas atau tinggal kelas. Namun demikian, menurut Suryan (2000) ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa digunakan untuk kelas tradisional, di mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan kelas saja. Hal ini disadari bahwa sebenarnya pada kelas tradisional, juga berisikan para siswa yang mempunyai berbagai tingkatan kemampuan dan mungkin usia, sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap dapat digunakan untuk kelas tradisional sehingga prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap bisa diterapkan.
      Terdapat beberapa alasan kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan Wardani (1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap diperlukan karena alasan geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan adanya ketidakhadiran guru di kelasnya karena sakit atau keperluan lainnya. Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya pada sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi negara-negara seperti Indonesia, Mexico, India, bahkan Australia, masih banyak dijumpai sekolah yang hanya mempunyai satu atau dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para siswa dari berbagai tingkatan kelas. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak mungkin mendirikan sekolah yang hanya melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu tempat dan siswa yang berjauhan datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa melayani sejumlah kecil siswa dari berbagai tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena memang kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru kurang), sehingga pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan para siswa di suatu daerah tertentu dengan rasio jumlah guru yang seimbang. Alasan-alasan yang dipaparkan itu mulai tidak dipakai lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap (terutama di negara Barat, sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia hingga kini masih menggunakan alasan tersebut untuk adanya pembelajaran kelas rangkap).
      Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang mendukung kepentingan perkembangan para siswa didik oleh para praktisi dan konseptor pendidikan, dikembangkanlah konsep-konsep baru tentang pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dengan berdasarkan pengembangan hasil riset untuk mencari alasan atau manfaat pendidikan yang dapat diambil dari penerapan pembelajaran kelas rangkap. Dengan makin terbukanya pemikiran para administrator dan pembaharu-pembaharu pendidikan untuk mengeksplorasi manfaat dari pendekatan pengelolaan kelas ini, maka ditemukan keuntungan pendidikan yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa, aspek utama dari manfaat penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini adalah terbangunnya iklim kekeluargaan dalam kelas. Mereka menemukan dengan pembelajaran kelas rangkap, para siswa bisa lebih merasa nyaman dan mudah menerima perubahan kegiatan dan pengalaman yang diberikan guru. Dasar lainnya dari digunakannya pembelajaran kelas rangkap seperti yang diutarakan Anderson dan Pavan (1993) bahwa, filosofi dasar dari pembelajaran kelas rangkap adalah terakomodasinya kebutuhan individu siswa sebagai seorang yang unik dan membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan lainnya untuk bisa mencapai perkembangan yang maksimum.

Tidak ada komentar: