HAKIKAT PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Pada dasarnya, Pembelajaran
Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan
usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru
atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan
individual para siswa (Franklin, 1967). Namun demikian selain definisi
tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan membedakan definisi dari multigrade dengan multiage karena
perbedaan tujuannya. Seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa
istilah multigrade di mana kelas yang berbentuk
seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan
satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut
tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan
demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan tingkatan
kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau
pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan
ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di
Indonesia banyak guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga guru
bukan karena tujuan atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiageyang
mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja
dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dengan demikian, telah terjadi pergeseran
penggunaan pembelajaran kelas rangkap yang ada di daerah terpencil hingga
berkembang menjadi pembelajaran kelas rangkap yang dirancang secara sistematis
untuk alasan peningkatan efektivitas pembelajaran di kelas. Bisa saja
pembelajaran kelas rangkap yang dulu dilaksanakan masih berbentuk pengelolaan
kelas tradisional di mana pengaturan tempat duduk seluruh siswa menghadap ke
arah papan tulis di depan kelas, di mana guru dengan mudah dapat mengontrol
seluruh siswanya. Namun demikian, seperti diutarakan di atas, karena adanya
pergeseran pemikiran sehingga muncul bentuk-bentuk baru pembelajaran kelas
rangkap, membuat pengaturan tempat duduk di kelas menyebar. Berikut salah satu
contoh pengaturan tempat duduk pada Pembelajaran Kelas Rangkap.
Lalu bagaimana dengan pengaturan pembelajaran kelas rangkap?
Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana para
siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun,
membuat hubungan antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat. Mereka
mempunyai rasa percaya, rasa aman, dan enak satu dengan yang lain, sehingga
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman. Hal tersebut wajar, karena
model pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada
dalam satu kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak
mengenal istilah naik kelas atau tinggal kelas. Namun demikian, menurut Suryan
(2000) ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa digunakan untuk
kelas tradisional, di mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan kelas
saja. Hal ini disadari bahwa sebenarnya pada kelas tradisional, juga berisikan
para siswa yang mempunyai berbagai tingkatan kemampuan dan mungkin usia,
sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap dapat digunakan untuk kelas
tradisional sehingga prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap bisa
diterapkan.
Terdapat beberapa alasan
kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan Wardani (1997)
menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap diperlukan karena
alasan geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan
adanya ketidakhadiran guru di kelasnya karena sakit atau keperluan lainnya.
Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya pada sebelum tahun
1990-an, atau malahan bagi negara-negara seperti Indonesia, Mexico, India,
bahkan Australia, masih banyak dijumpai sekolah yang hanya mempunyai satu atau
dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para siswa dari berbagai
tingkatan kelas. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan
sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak mungkin mendirikan sekolah yang hanya
melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu tempat
dan siswa yang berjauhan datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa melayani
sejumlah kecil siswa dari berbagai tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena
memang kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru kurang), sehingga pemerintah
tidak bisa memenuhi kebutuhan para siswa di suatu daerah tertentu dengan rasio
jumlah guru yang seimbang. Alasan-alasan yang dipaparkan itu mulai tidak
dipakai lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap (terutama di negara
Barat, sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia hingga
kini masih menggunakan alasan tersebut untuk adanya pembelajaran kelas
rangkap).
Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang mendukung
kepentingan perkembangan para siswa didik oleh para praktisi dan konseptor
pendidikan, dikembangkanlah konsep-konsep baru tentang pelaksanaan pembelajaran
kelas rangkap dengan berdasarkan pengembangan hasil riset untuk mencari alasan
atau manfaat pendidikan yang dapat diambil dari penerapan pembelajaran kelas
rangkap. Dengan makin terbukanya pemikiran para administrator dan
pembaharu-pembaharu pendidikan untuk mengeksplorasi manfaat dari pendekatan
pengelolaan kelas ini, maka ditemukan keuntungan pendidikan yang diperoleh dari
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat
bahwa, aspek utama dari manfaat penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini
adalah terbangunnya iklim kekeluargaan dalam kelas. Mereka menemukan dengan
pembelajaran kelas rangkap, para siswa bisa lebih merasa nyaman dan mudah
menerima perubahan kegiatan dan pengalaman yang diberikan guru. Dasar lainnya
dari digunakannya pembelajaran kelas rangkap seperti yang diutarakan Anderson
dan Pavan (1993) bahwa, filosofi dasar dari pembelajaran kelas rangkap adalah
terakomodasinya kebutuhan individu siswa sebagai seorang yang unik dan
membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan lainnya untuk bisa mencapai
perkembangan yang maksimum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar